Sabtu, 24 September 2011

Sejarah Peradaban Islam

DINASTI MAMLUK ( 1250-1517 M )

1. Latar belakang berdirinya dinasti mamluk

Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak atau hamba. Dinasti Mamluk ini memang didirikan oleh para hamba. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyyah sebagai hamba, kemudian dididik dan dijadikan tenteranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa penguasa Ayyubiah yang terakhir, Al-Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Dan mereka juga mendapat hak-hak istimewa di masa itu, baik dalam bidang ketenteraan maupun dalam perolehan benda-benda. Di Mesir, mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan tentera. Dan kerana itulah, mereka dikenali dengan julukan Mamluk Bahri (laut). Saingan mereka dalam ketenteraan pada masa itu adalah tentera yang berasal dari suku Kurdi.

Golongan Mamluk ini berasal dari berbagai suku bangsa di wilayah Balkan, Asia Kecil, dan Transoksiana, yang sering disebut dengan suku bangsa Turki (at-turk), sehingga pemerintahan mereka dinamakan Daulah at-Turk.
Suku-suku bangsa Mamluk adalah Turkoman, Kurdi, Romawi, Turki, Circasian, dan Kaukasus ( Qapjaq ). Di negeri asalnya, mereka adalah suku-suku pengembara yang hidup berpindah-pindah tempat. Di musim panas, mereka menempati suatu wilayah dan di musim sejuk, mereka mencari wilayah lain yang lebih sesuai.

Ketika Al-Malik Al-Salih meninggal ( 1249 M ), anaknya Turansyah, naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentera asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Isteri Al-Malik Al-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan persepakatan golongan Mamalik, yang berkuasa lebih kurang tiga bulan.

Kemudian dia bernikah dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu, Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). setelah meninggal, ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundur diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutus meninggal dunia, Baybars, seorang pemimpin tentera yang teguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan ( 1260-1277 M ). Beliau adalah sultan yang terbesar dan termasyhur di antara 47 Sultan Mamalik. Ia pula dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik kerana kerajaannya yang begitu utuh dan kuat.[1]

2. Sistim Pemerintahan dan Wilayah Kekuasaan Dinasti Mamluk

Daulah Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.

Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad menjadikan kota Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.

3. Tokoh-tokoh ilmuan Muslim

Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika Abul Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abul Hasan 'Ali an-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi Rahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani Rahimahullah dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.

Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.

4. Kemunduran Dinasti mamluk

Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat kepribadian dan wibawa Sulthan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat, dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, daulah Mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya budak-budak dari Sirkasia yang kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji yang untuk pertama kalinya dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama militer menurun, terutama setelah Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di kalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja rakyat menurun dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh kaum Eropa tahun 1498 M, menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya. Kondisi ini diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit. [2]



[1] H. Khilal Syauqi, Lc, Peradaban Dinasti Mamluk,Selasa, 02 Februari 2010http://lppbi fiba.blogspot.com

[2]Adan_Duzak, Dinasti Mamluk ( 1250-1517 M ) 19 December, 2009, http://halaqah.net/v10/index.php?topic=9717.new

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rahmat Hidayanto © 2008. Design By: SkinCorner