Senin, 15 Oktober 2012


Judul
:
Membangun Komitmen dalam Kegiatan Manajemen Kelas
Isi
:
A.     Konsep Disiplin (Komitmen)
1.      Pengertiann Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disiple” yang berarti mengikuti orang belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Didalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Di antara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993: 114).[1]
Menurut Depdiknas, disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock menyatakan bahwa disiplin adalah cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok.[2]
Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam satu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental. Disiplin pada hakekatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Disiplin kelas merupakan hal yang esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan oleh guru harus:
a.       Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogik dan hubungan kemanusiaan.
b.      Mengembangkan dan membentuk profesionalisme personal dan sosial lulusan.
c.       Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik.
d.      Menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik tanpa ada kecurigaan dan kecemasan.
e.       Menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan para peserta didik.
Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik. Mereka dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum atau materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi kondisi persoalan disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu ditampilkan. Materi dan disiplin harus dikaitkan dengan pemahaman umum dari apa yang diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.
2.      Unsur-unsur disiplin
Hurlock menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat unsur yaitu:[3]
a.       Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan pengaturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh karena itu memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing-masing individu.
b.      Hukuman
Hukuman dijatuhkan kepada seseorang apabila melakukan kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran.
c.       Penghargaan
Guru harus menyadari bahwa penghargaan merupakan suatu hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Sikap guru yang memandang setiap enteng hal ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif
d.      Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu kecenderungan yang konstan yang akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala hal yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari yang salah.
3.      Upaya meningkatkan disiplin belajar.
Untuk mendorong agar disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar, memerlukan beberapa cara antara lain:
a.       Pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung misalnya, melalui pemantauan kegiatan belajar didalam kelas, pemantauan yang dilakukan di rumah oleh orang tua, pemeriksaan fisik dan kesehatan, serta kegiatan organisasi di sekolah. Pengawasan tidak langsung, misalnya dengan memberikan tugas-tugas di rumah melalui evaluasi belajarnya atau ulangan harian.
b.      Pembinaan dapat dilaksanakan dengan jalan memberikan bimbingan di dalam kelas, memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik dari pendidikan, orang tua maupun lingkungan anak tersebut.
c.       Pemberian pembinaan pengembangan bakat dan potensial yang ada dalam diri anak dan juga memberikan penghargaan apabila anak tersebut menunjukkan prestasinya atau memberikan hukuman apabila anak melanggar ketentuan dan tata tertib.
B.     Desain Peraturan (Learning Contract dalam Pembelajaran)
Learning contract adalah suatu keterampilan, sikap, aktifitas, apa saja yang dilakukan oleh seorang pendidik bersama peserta didik dalam proses pembelajaran. Kontrak belajar yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik dan pendidik hanya berlaku di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung, bagi yang melanggar akan mendapatkan hukuman sesuai kesepakatan kelas.
Tujuan kontrak belajar adalah untuk meningkatkan suasana kelas yang kondusif dan nyaman serta mengajarkan kedisiplinan kepada siswa. Kontrak belajar bukanlah peraturan yang dibuat berdasarkan paksaan, melainkan kesepakatan. Agar sistem kontrak ini terlatih, maka diberikan petunjuk-petunjuk berikut:
1.      Setiap tugas hendaknya diberi penghargaan kredit.
2.      Kredit yang diberikan, hendaknya sering dilakukan
3.      Kontrak itu hendaknya mengutamakan prestasi buka kepatuhan.
4.      Kontrak harus layak
5.      Syarat-syarat kontrak harus jelas
6.      Kontrak harus positif
7.      Kontak harus jujur
8.      Kontrak sebagai metode belajar harus disusun secara sistematis[4]
Adanya kontrak belajar di kelas, akan menegaskan batas antara hak dan kewajiban siswa. Selain itu, siswa dan guru akan terlatih untuk berhati-hati sebelum melakukan sebuah tindakan.
Analisa
:
Interaksi pembelajaran yang ada di dalam kelas terjadi dua arah, yang pertama interaksi antara guru dengan murid dan interaksi antara siswa dengan siswa. Dalam menjalin komunikasi didalam kelas, setiap individu pasti akan melakukan suatu kesalahan, baik itu disengaja ataupun tidak. Maka guru perlu untuk membuat kesepakata bersama dengan siswa dalam bentuk sebuah kontrak belajar.
Saya pikir, setiap guru memang harus membuat kontrak belajar pada suatu proses pembelajaran. Dengan adanya kontrak belajar, maka guru dan siswa akan lebih mendisiplinkan diri masing-masing serta tidak ada yang akan protes dengan hukuman yang diberikan ketika melanggar salah satu kontrak yang telah disepakati bersama.
Menurut saya, kontrak belajar bukanlah untuk mengekang kebebasan siswa karena kontrak belajar adalah segenap peraturan yang telah disepakati secara musyawarah bersama didalam kelas. Malahan akan lebih meningkatkan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.
Dengan adanya kontrak belajar, saya pikir siswa akan lebih mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh ia langgar. Sehingga ia bisa lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kalaupun ia melanggar, ia juga telah mengetahui konsekwensi dari apa yang telah ia lakukan. 




[1] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/
[2] http://veltic.blogspot.com/2010/01/5-disiplin-dalam-proses-belajar.html
[3] http://pdfqueen.com/pdf/pe/pentingnya-kedisiplinan-dosen-dalam-pembelajaran/
Judul
:
Menciptakan Kelas yang Kondusif
Isi
:
A.     Menata Lingkungan Kelas yang Kondusif
Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, guru harus menata tempat duduk dan barang-barang yang ada didalam kelas sehingga dapat mendukung dan memperlancar proses pembelajaran.[1] Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan dan menciptakan iklim dan suasana kondusif untuk proses pembelajaran yaitu pengaturan lingkungan fisik.
Lingkungan fisik sangat berpengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang dimaksud antara lain:
1.      Penataan ruangan kelas
Dalam pengaturan ruangan belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Ukuran dan bentuk kelas
b.      Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c.       Jumlah siswa didalam kelas
d.      Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e.       Jumlah kelompok dalam kelas
f.        Komposisi siswa dalam kelompok.[2]
Menurut Loisell, prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas adalah:
a.       Keleluasaan pandangan, yaitu penempatan dan penataan barang-barang didalam kelas tidak mengganggu pandangan guru dan pandangan siswa dalam proses pembelajaran.
b.      Mudah dicapai, yaitu penataan ruangan kelas haruslah memudahkan siswa dalam mengambil barang-barang yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
c.       Keluwesan, yaitu barang-barang yang ada didalam kelas hendaknya mudah ditata, dipindahkan dan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
d.      Kenyamanan, yaitu berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
e.       Keindahan, yaitu tata letak yang rapi dan enak untuk dipandang.[3]
2.      Pengaturan tempat duduk
Dalam pengaturan tempat duduk, hal yang harus diperhatikan adalah memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat mengontrol seluruh peserta didik. Pengaturan tempat duduk dapat dilakukan dengan:
a.       Berbaris berbanjar
b.      Tersedianya ruangan yang sifatnya bebas di kelas disamping tempat duduk yang diatur.
c.       Berbentuk lingkaran.[4]
3.      Pengaturan anak didik
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual peserta didik. Postur tubuh anak didik yang tinnggi sebaiknya ditempatkan dibelakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran, sebaiknya ditempatkan di barisan depan. Dengan begitu, maka anak didik tersebut akan melihat dan mendengar pelajaran dengan baik.
Disisi lain, guru harus memperhatikan komposisi anak didik dalam pengelompokan. Anak didik yang cerdas digabungkan dengan yang kurang cerdas dan anak didik yang pendiam, digabungkan dengan anak didik yang suka berbicara.
4.      Pengaturan ventilasi dan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar  sehingga memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari. Udara yang sehat dengan ventilasi yang baik serta cahaya yang cukup dengan jendela yang cukup luas akan memberikan kenyamanan dalam proses pembelajaran.[5]
5.      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah diambil kalau diperlukan dalam proses pembelajaran sperti buku pelajaran. Hendaknya ditempatkan sedemikian rupa agar memudahkan peserta didik.
B.     Mempersiapkan Suasana Kelas yang Kondusif
Suasana kelas yang kondusif berhubungan dengan sosial pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa dan siswa. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Karakteristik yang harus dimiliki guru agar terciptanya suasana kelas yang kondusif adalah:
1.      Disukai oleh siswanya.
2.      Memiliki persepsi yang realistik terahad diri dan siswanya.
3.      Akrab dengan siswa dalam batas hubungan sebagai seorang guru.
4.      Bersikap positif terhadap pertanyaan atau respon siswa.
5.      Sabar, teguh dan tegar.
Dalam mempersiapkan suasana kelas yang kondusif, guru juga perlu mempersiapkan diri yang disebut pra-kondisi, caranya:
1.      Merumuskan apa yang penting yang harus dimiliki oleh siswa.
2.      Merancang bantuan-bantuan yang dapat diberikan kepada siswa.
3.      Merancang waktu sesuai dengan topik.[6]
Analisa
:
Dalam belajar, saya pikir lingkungan akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagian siswa mungkin bisa belajar pada kondisi pencahayaan yang kurang terang, akan tetapi, sebagian siswa yang lainnya mungkin tidak akan bisa belajar dengan kondisi yang demikian.
Guru sebagai orang yang sangat berperan dalam pengelolaan kelas, harus membuat persiapan sebelum mengajar agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai tjuan yang diinginkan. Oleh karena itu, guru perlu mengatur tata letak dan kondisi fisik kelas agar kelas menjadi nyaman untuk dilaksanakannya proses pembelajaran. Guru harus mengelola kelas senyaman mungkin agar proses pembelajaran tidak terganggu oleh apapun.
Tidak hanya lingkungan fisik yang harus ditata. Akan tetapi, peserta didik-pun perlu diatur dan dikondisikan untuk menciptakan kenyamanan didalam kelas.
Pada intinya, seorang guru harus bisa menciptakan kondisi kelas yang kondusif. Dengan demikian, setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan akan dapt berjalan efektif dan effisien.
Akan tetapi, kelas yang kondusif bukan hanya kelas yang diam dan mendengarkan penjelasan guru saja. Bisa saja kelas yang ribut merupakan kelas yang kondusif.
Sebenarnya, kondusif atau tidaknya suatu kelas, tegantung kepada isi kelas itu sendiri. Apa yang diinginkan oleh masyarakat kelas dan hal tersebut memberikan efek positif terhadap pembelajaran, maka kelas itu dapat dikatakan kondusif.





[1] http://sdnpondokbambu10pagi.wordpress.com/2009/07/21
[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta: 2006) h. 204
[3] http://ahkmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/28
[4] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta, Rineka Cipta: 1995) h. 120
[5] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Ibid, h. 121
[6] Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta, Rajawali: 1992) h. 27-28
Judul
:
Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas
Isi
:
A.    Pengertian Prinsip Dasar Pengelolaan Kelas
Prinsip dasar pengelolaan kelas adalah pegangan atau acuan yang memiliki pokok dasar berfikir atau bertindak bagi seorang pendidik dalam usaha menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.
B.     Macam-Macam Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah masalah pengelolaan kelas. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan sehat dalam kelompok sebaliknya di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.      Faktor interen siswa
Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda satu sama lainnya secara individual.
2.      Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dan sebagainya.[1]
Karena bervariasinya siswa maka tidak dapat dipungkiri terjadinya gangguan dalam pengelolaan kelas. Untuk  memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.      Hangat dan antusias
Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4.       Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan terhadap hal-hal yang positif yaitu penekanan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6.      Penanaman disiplin diri.
Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan didiplin diri dan guru sendiri hendaknya dapat menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya disiplin dalam segala hal.[2]
Kemudian ada beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang lainnya yaitu:
1.      Stabilitas emosi, yaitu sewajarnya, seperlunya dan seharusnya
2.      Optimis atau percaya diri
3.      Sederhana, baik dalam tutur kata, penampilan dan bersikap.
4.      Adil. (Proporsional yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya), baik dalam memberi perhatian, dalam proses belajar mengajar, dan dalam memberikan penilaian.
5.      Humoris, sesekali seorang guru itu harus humoris juga agar proses pembelajaran tidak membosankan, tapi humoris disini haruslah sewajarnya saja.
6.      Mampu menciptakan tantangan-tantangan dalam materi-materi
7.      Disiplin
8.      Kejujuran
C.     Strategi Untuk Mengimplementasikan Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran
Strategi pengelolaan kelas adalah pola atau siasat yang menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif dan menyenangkan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal-hal yang berkaitan dengan stretegi untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip pengelolaan kelas dalam pembelajaran ialah sebagai berikut:
1.      Guru memberikan keteladanan yang baik
2.      Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah, menganalisis, mengambil keputusan kepada siswa agar mereka dapat tertantang dan terangsang untuk belajar
3.      Menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi
4.      Melakukan berbagai macam percobaan
5.      Berusaha memusatkan perhatian pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
6.      Memberikan motivasi serta semangat agar siswa tetap aktif dan berminat dalam belajar
7.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran
Analisa
:
Prinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas  menurut saya adalah sesuatu yang harus ada atau wajib ada pada guru yang menjadi karakternya dalam pengelolaan kelas, yang mana jika guru tidak memiliki prinsip-prinsip ini maka ia tidak akan bisa mengelola kelas dengan baik.
Masing-masing siswa memiliki karakteristik serta kepribadian yang berbeda-beda. Terkadang mereka juga memiliki persoalan-persoalan kecil di dalam kehidupan sehari-hari yang terbawakan ke sekolah. Menghadapi hal yang seperti ini, seorang guru perlu menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas.
Guru haruslah bisa menjadi tempat bersandar bagi setiap siswanya dari berbagai persoalan. Tidak hanya menjadi orang tua saja, menurut pemikiran saya, guru juga harus bisa menjadi teman bagi siswanya selama masih dalam batas kewajaran.
Oleh karena itu, setiap guru harus menguasai dan mengaplikasikan prinsip-prinsip yang ada dalam pengelolaan kelas. Karena prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas yang telah dituliskan diatas, akan menjadikan guru sebagai orang yang bisa dipercaya oleh siswanya.




[2] Hasibuan & Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 83
 

Rahmat Hidayanto © 2008. Design By: SkinCorner